Wednesday, June 16, 2010

Analisis Novel MOBY DICK

Analisis dan Komentar
Moby Dick, adalah sebuah novel fiksi karya Herman Melville yang ditulis pada tahun 1851, yaitu sekitar pertengahan abad ke-19 yang juga dikenal dengan sebutan “American Renaissance”. Melville sendiri dilahirkan pada taggal 1 Agustus 1819 dan merupakan salah satu pengarang aliran romantis yang menghasilkan novel-novel yang laris. Moby Dick adalah salah satu karya terbaik yang ditulis oleh Herman Melville yang juga ditampilkan dalam bentuk drama bahkan telah dibuat film layar lebarnya. Novel ini berlatar belakang sekitar tahun 1840-an di sebuah kota yang bernama New Bedford, Massachussets, Amerika. Salah satu kebiasaan masyarakat khususnya para pelaut di kota ini adalah melakukan perburuan ikan paus. Masyakat pada kota tersebut pada hari-hari tertentu selalu menceritakan tentang bagaimana kisah Nabi Yunus a.s pada waktu ditelan oleh ikan paus dan bagaimana nabi Yunus tidak diterima oleh laut pada waktu ia menumpang pada sebuah perahu karena dia telah memperdayai seorang lelaki tua untuk naik pada perahu tersebut. Menurut naskah Injil, Nabi Yunus a.s hidup untuk beberapa lama dalam perut ikan sebelum kembali ke tanah kering lewat campur tangan Tuhan. Selain dua latar belakang yang termakhtub di atas, cerita ini mungkin juga didasari oleh pengalaman Melville sendiri sebagai pelaut, yaitu sebagai awak kapal Achusnet (1841-1842). Karya Melville ini berbeda dengan karya lain yang kebanyakan bertema tentang cinta yang pada umumnya sudah dapat kita tebak akhir dari ceritanya.
Moby Dick adalah cerita epik tentang kapal pemburu ikan paus Pequod dan Kapten Ahab yang “tak bertuhan, manusia yang berlaku seperti Tuhan,” yang memiliki obsesi menemukan ikan paus putih Moby Dick dan itu membuat kapal dan anak buahnya menuju kehancuran. Karya ini, cerita perjalanan yang realistis, memuat banyak pemikiran atas kondisi manusia. Perburuan ikan paus, sepanjang novel ini, adalah metafora terbaik untuk pencarian pengetahuan. Deskrpsi realistis tentang ikan paus selalu ditemukan dalam novel ini, namun semua ini mengandung konotasi simbolis.
mati di akhir cerita. Alam, betapapun indahnya, tetap asing dan bisa jadi mematikan. Dalam Moby Dick, Melville menuangkan pemikirannya bahwa
manusia tidak dapat melawan dan mengerti alam. Moby Dick adalah suatu kenyataan kosmik yang sukar dimengerti.
Dalam Moby Dick. Tampak Melville ingin mengedepankan masalah alam, yaitu mengenai pengeksploitasian lingkungan, dalam hal ini ikan paus. Selain itu, melalui Moby Dick, Melville berhasil mengangkat tema-tema lain seperti; politik dan

kepemimpinan, sebagaimana yang terlihat pada karakter Kapten Ahab sebagai pemimpin yang otoriter, serta tema religius, dan balas dendam.
Dilihat dari sisi religius, banyak nama, simbol dan tanda dalam Moby Dick yang diadopsi dari Kitab Prjanjian Lama dan Injil. Ahab, diambil dari nama raja dalam Kitab Perjanjian Lama, mengharapkan pengetahan yang bagaikan Tuhan. Nama Ishmael sang narator berasal dari Buku Genesis dalam Kitab Perjanjian Lama. Dia adalah anak nabi Ibrahim a.s dan Hagar. Ellijah pun diambil dari Kitab Injil. Selain itu, Rachel (salah satu istri patriarkh Nabi Yakub a.s) adalah nama perahu yang menyelamatkan Ishmael di akhir cerita. Akhirnya, metafisika ikan paus pun mengingatkan pembaca Yahudi dan Nasrani akan cerita injil tentang Nabi Yunus a.s. Istilah “The White Wale” juga dapat diartikan sebagai simbol dari salah satu unsur kehidupan yang diluar kendali. Sedangkan dari sisi edukatif, Melville juga mengemukakan dalam Moby Dick mengenai adanya perbedaan pendapat mengenai penggolongan paus, apakah tergolong kedalam jenis ikan atau mamalia. Dalam Moby Dick, Ishmael berpendapat bahwa paus sejenis ikan. Namun, orang-orang pada zaman tersebut sudah banyak yang meng-kategorikan paus sebagai mamalia.

oleh kawan dekatnya, seorang penombak bertato yang heroik berasal dari Polinesia bernama Pangeran Queequeg. Model peti mati yang primitif dan penuh dengan mitologi sesuai dengan sejarah kosmos. Ishmael diselamatkan dari kematian oleh sebuah obyek yang berhubungan dengan kematian. Dari kematianlah kehidupan timbul, pada akhirnya.
Dari cerita ini, kita dapat mengambil banyak pelajaran, diantaranya dari segi lingkungan. Alam tidak seharusnya dieksploitasi secara berlebihan melainkan dilestarikan, karena alam adalah tempat mansia bergantung dan manusia merupakan bagian dari alam itu sendiri. Dari unsur religi sendiri, kita dapat mengambil hikmah bahwa sebesar apapun kekuatan manusia tidak akan dapat mengubah dan mengalahkan takdir dari Tuhan Sang Penguasa alam semesta.
Meskipun novel Moby Dick mempunyai banyak kelebihan seperti banyaknya tema dan kisah perjalanan dan petualangan yang memberikan inspirasi dalam kehidupan nyata, novel ini pun memiliki kekurangan. Latar belakang dalam novel Moby Dick hampir sebahagian besar terjadi di laut, yang pada akhirnya membuat cerita novel ini menjadi monoton. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor memgapa orang menjadi atau cepat merasa bosan ketika membaca novelnya atau menonton filmnya. Namun, kepintaran seorang Melville dapat mengatasi hal tersebut dengan menyuguhkan kata-kata puitis yang diucapkan oleh para tokohnya.

No comments:

Post a Comment